Pelemahan Rupiah yang terjadi belakangan ini bukanlah yang terburuk, memang rupiah menurun setelah sebelumnya perkasa di beberapa pekan. Ada banyak hal yang mendasari rupiah bisa kembali ke level tertingginya di tahun 2019 ini. Rupiah memang sangat tertekan dengan aktivitas global yang terjadi belakangan ini, terutama terkait perang dagang yang situasinya makin tak kondusif.
|
Pelemahan Rupiah |
Berdasarkan data dalam Siaran Pres Akhir Tahun Otoritas Jasa Keuangan (OJK) 2018 nilai tukar rupiah sepanjang tahun ini melemah 6,42% terhadap dolar AS (YTD) hingga (18/12). Pelemahan rupiah ini bukan yang terburuk dibanding negara lainnya. Mata uang Turki, lira bahkan mengalami depresiasi sebesar 28,98% terhadap dolar AS, real Brasil (15,07%), rand Afrika Selatan (13,59%). Demikian pula, rubel Rusia (13,59%) dan rupee India (9,81%). Bank sentral AS (The Fed) yang menaikkan suku bunga acuannya sebanyak empat kali sepanjang tahun ini guna meredam laju inflasi membuat dana asing keluar dari negara pasar berkembang menuju ke Amerika.
Rupiah akan segera menemukan habitatnya untuk kembali perkasa, bahkan dalam banyak tanggapan orang pun rupiah dianggap masih memiliki kesempatan untuk membalikan keadaan. Seperti halnya tahun sebelumnya yang sempat naik sangat tinggi. Namun untuk menjaga kenaikannya diprediksi tak akan pernah mudah, rupiah tetaplah menjadi rupiah yang kita kenal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar