Neraca Perdagangan Surplus bukan pertama kalinya terjadi, namun di akhir September kemarin menjadi seperti berkah tersendiri bagi Indonesia karena ditengah nilai tukar rupiah yang semakin loyo serta harga minyak yang cenderung naik namun posisi surplus masih tetap bisa dipertahankan. Dari data yang dirilis oleh BPS, impor Indonesia pada September 2018 turun 13,18% menjadi US$ 14,6 miliar dibanding bulan sebelumnya. Sementara nilai ekspor hanya turun 6,58% menjadi US$ 14,83 miliar dari bulan sebelumnya. Alhasil, neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus untuk pertama kalinya dalam tiga bulan terakhir.
|
Neraca Perdagangan Surplus |
Yang menariknya adalah Neraca perdagangan Indonesia pada September 2018 mencatat surplus US$ 227,1 juta. Namun, secara akumulasi untuk periode Januari-September tahun ini masih mencatat defisit US$ 3,78 miliar atau sekitar Rp 57,48 triliun dengan kurs Rp 15.200/dolar AS. Padahal, sepanjang periode Januari-September tahun lalu neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus US$ 10,86 miliar.
Apakah tren surplus neraca ini akan terus berlanjut di tiga bulan terakhir di tahun 2018? Kemungkinan besar bisa terjadi asalkan kebijakan impor benar-benar diperhatikan dengan benar sehingga tidak akan memberikan dampak negatif secara keseluruhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar