Jelang Tahun Politik yang segera bergulir yakni seiring pelaksanaan pemilu 2019.
Komoditas Pangan menjadi isu hangat yang selalu diperdebatkan. Hal ini lantaran terjadi ketidakakuratan data yang menyebabkan kebingungan tersendiri dari pihak pemerintah dalam hal ini kementerian terkait. Salah satu isu yang paling mencuat adalah terkait beras. Karena kebutuhan RI yang sangat tinggi, pasokan beras nyatanya masih belum mampu untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri. Oleh karena itu dilakukanlah impor komoditas dari luar negeri.
|
Komoditas Pangan |
Di satu sisi impor pangan ini masih menjadi perdebatan karena bulog menilai cadangan pangan RI masih lebih dari cukup. Sementara kementerian perdagangan menilai data yang digunakan belum sepenuhnya menjawab keraguan atas potensi kekurangan beras akibat stok yang terus menipis. Hal ini nyatanya bisa menjadi bola panas yang bisa digaungkan di tahun politik nanti, ketersediaan pangan, impor komoditas, serta pemakaian data yang valid akan menjadi salah satu perdebatan alot antar kubu. Termasuk kubu lawan yang memang menantikan celah-celah untuk membuat gebrakan dengan gaya ekonomi yang berbeda.
Kebutuhan akan komoditas di tahun 2019 nyatanya sangat tinggi. Namun pemerintah musti berhati-hati, karena jika tak mempersiapkan dengan benar, maka ini akan menjadi sebuah blunder yang nantinya bisa menggerus kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Secara umum, impor komoditas akan menyebabkan dua efek domino yakni neraca yang makin tertekan serta pelemahan mata uang rupiah. Sementara jika tidak melakukan impor, maka sangat dikhawatirkan akan terjadinya inflasi tinggi akibat pasar tak mampu menjawab kebutuhan permintaan. Semoga di tahun politik nanti segala sesuatunya menjadi lebih baik dan tidak hanya saling tuding antar kubu saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar